DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a.Latar
belakang...............................................................................................................
2
b.Tujuan Penulisan...........................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ..................................................................................... 3
B. Tujuan bedah Jantung .....................................................................................
3
C. Etiologi ............................................................................................................. 4
D. Indikasi Bedah ................................................................................................. 4
E. Macam-macam
Bedah jantung ......................................................................... 4
F. Penatalaksanaan
Bedah Jantntung ......................................................................... 6
G. Diagnosis Penderita Penyakit Jantung ............................................................. 6
H. Toleransi dan perkiraan resiko operasi ............................................................. 7
I. Waktu Terbaik (Timing) Untuk Operasi ............................................................. 8
J. Persiapan penderita prabedah ........................................................................ 10
K. Persiapan
darah untuk operasi. ........................................................................ 11
L. Perawatan pasca bedah ........................................................................ 12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................................... 16
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai pada akhir abad ke -19 bedah
jantung masih tabu bagi para ahli bedah,karena jantung merupakan organ sumber
kehidupan yang dianggap suci. Meskipun demikian, pelajaran anatomi jantung
sudah dirintis melalui karya seorang seniman terkenal.
Perkembangan bedah toraks yang
dirintis oleh para ahli bedah telah membuka jalan untuk berkembangnya bedah
jantung. Bedah jantung pada bayi yang sianotik sejak lahir karena adanya
penyakit jantung bawaan dilakukan pertama kali di Amerika Serikat,oleh ahli
bedah Alfred Blalock yang disebut dengan bedah Blalock-Tausag yang merupakan
tindakan bedah jantung baku yang sampai sekarang masih dikerjakan.
Kelainan katup aorta ditangani pada
tahun1939 dengan memasang katup bola dari bahan plastic pada aorta desendens
dengan cara memperbaiki kelainan jantung tanpa menghentikan denyut jantung
disebut bedah jantung tertutup bedah ini termasuk bedah pemasangan alat
jantung yaitu sebuah baterai alat elektronik pengahasil pulsa yang diatur oleh
rangkaian listrik dan computer.
Perkembangan bedah jantung yang
pesat terjadi di abad millennium ketiga,sperti pengobatan infrak miokard dengan
terapi gen,operasi jantung invasive minimal dengan insisi mini dan memakai alat
bantu teropong telelensa atau operasi jantung pintas koroner off-pump tanpa
mengehentikan denyut jantung,operasi jantung dengan robot beserta perlengkapan
computer super canggih.
1.2 Permasalahan
Adapun
permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah tentang bedah jantung.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:
B. Tujuan umum
1.
Mengetahui tentang jantung
2.
Mengetahui perawatan pada kasus bedah jantung
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bedah jantung adalah Usaha atau operasi yang dikerjakan
untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.Bedah jantung juga
merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara infasifdengan cara
membuka atau menampilakan bagian tubuh yang akan ditangani.Misalnya jantung.
Umumnya pembukaan bagian tubuh ini dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang
akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka.
B. Tujuan bedah
Jantung
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan baermacam-macam
antara lain :
1)
Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya
penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of
Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak
(pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
2)
Operasi paliatif yaitu melakukan
operasi sementara untuk tujuan
3)
mempersiapkan operasi yang definitif/total koreksi
karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt
aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.Repair yaitu operasi yang dikerjakan
pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
4)
Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang
mengalami kerusakan.
5)
Bypass
koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri
koroner.
6)
Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen
pada anak-anak dengan blok total atrioventrikel.
7)
Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung
seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari
penderita yang meninggal karena sebab lain.
C. Etiologi
Bedah
jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.masalah jantung
dibagi menjadi:
a)
kelainan bawaan yang biasanya diakibatkan oleh faktor
lingkungan intreuterin
b)
Kelainan dapatan misal perikarditis
c)
Trauma jantung
D. Indikasi
Bedah
a)
“Left to rigth shunt” sama atau lebih dari 1,5 (aliran
paru dibandingkan aliran ke sistemik ³ 1,5)
b)
“Cyanotic heart
disease “.
c)
Kelainan
anatomi pembuluh darah besar dan koroner
d)
Stenosis katub yang berat (symtomatik).
e)
Regurgitasi katub yang berat (symtomatik)
f)
Angina pektoris
kelas III dan IV menurut Canadian Cardiology Society (CCS)
g)
“Unstable
angina pectoris”.
h)
Aneurisma
dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut.
i)
Komplikasi
akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral regurgitasi yang berat
karena ruptur otot papilaris.
j)
“Arrhytmia”
jantung misalnya WPW syndrom.
k)
Endokarditis/infeksi katub jantung.
l)
Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi
pada katub misalnya myxoma.
m)
Trauma jantung
dengan tamponade atau perdarahan.
E. Macam-macam Bedah jantung
a) Operasi
jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
b) Operasi
jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung
misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
1.
Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty (PTCA)
Percutaneous Transluminal Coronary
Angiplasly (PTCA), atau Angioplasti Koroner, adalah prosedur non-bedah dengan
sayatan minimal yang digunakan untuk membuka pembuluh darah yang menyempit.
Prosedur ini menggunakan kateter yang lentur dengan balon di ujungnya, yang
dikembungkan pada lekanan tinggi di dalam dinding arteri yang menyempit.
Tindakan ini akan merontokkan plak dalam pembuluh darah dan memperbaiki aliran
darah ke otot jantung. Prosedur ini bisa menghilangkan beberapa gejala
penyumbalan arteri, seperti nyeri dada atau sesak napas. Untuk kebanyakan
pasien, PTCA secara nyata meningkatkan aliran darah melalui arteri yang
sebelumnya menyempit. Nyeri dada akan mereda dan Anda riapat melakukan olah
raga. Keberhasilan angioplasti juga menandakan bahwa Anda tidak perlu menjalani
prosedur operasi dengan sayatan yang disebut operasi coronary artery bypass
grafting. Pemulihan dari operasi ini biasanya lebih lama dan mungkin lebih
menyakitkan.
Keuntungan lain dari prosedur ini:
1)
Tidak memerlukan sayatan besar
2)
Anda tidak memerlukan bius total
3)
Jarang
terjadi komplikasi (<1% risiko serangan jantung/stroke/kematian)
4)
Bisa meredakan gejala, seperti nyeri dada
2.
Ditujukan untuk
Bagi pasien
yang pengobatan dan perubahan gaya hidupnya tidak berhasil mengurangi efek
penyumbatan pembuluh darah, atau jika pasien mengalami nyeri dada, sesak napas,
atau fungsi jantung semakin memburuk, meskipun telah dilakukan penanganan medis
yang optimal. Pelebaran (dilasi) pembuluh darah yang tersumbat, prosedur
ini dapat membantu mencegah komplikasi aterosklerosis. PTCA biasanya
dikombinasikan dengan pemasangan stem di dalam pembuluh darah yang tersumbat
untuk membuka dan mengurangi kemungkinan tersumbat kembali. Bagi pasien
yang pembuluh darah koronernya tidak sesuai untuk angioplasti, pilihan
pengobatan alernatif adalah operasi coronary artery bypass grafting alau terapi
pengobatan yang berkelanjutan.
3.
Operasi Coronary Artery
Bypass Grafting (CABG)
Coronary Artery Bypass Grafting, atau Operasi CABG,
adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk
memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung.
Vena kaki atau arteri mamari (payudara) internal bisa digunakan untuk operasi
bypass. Operasi ini membantu memulihkan aliran darah yang normal ke otot
jantung yang tersumbat. Pada operasi bypass, pembuluh cangkok baru, yaitu arteri atau vena sehat yang diambil dari
kaki, lengan, atau dada pasien, kemudian diambil lewat pembedahan dan
dijahitkan ke sekeliling bagian yang tersumbat. Pembuluh cangkok ini memasok
darah beroksigen ke bagian jantung yang membutuhkannya, sehingga "mem-bypass"
arteri yang tersumbat dan memulihkan aliran darah ke otot jantung.
F. Penatalaksanaan Bedah Jantung yang Lainnya:
a)
Pintasan jantung paru
Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk sirkulasi
dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh pada saat “memintas” jantung dan paru
b)
Jantung buatan Tujuan keseluruhan pemasangan mi adalah
untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan pemasangan
jalur perkutaneus.
c)
Transplantasi jantung
Transplantasi jantung dianggap sebagai uaha terakhir
untuk mengatasi untuk mengatasi penyakit jantung tahap akhir yang refrakter
terhadap pengobatankonvensional dan pembedahan
d)
Eksisi tumor
e)
Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi
ruang jantung atau katup. Tindak bedah yang dikenal dalam kedokteran adalah
antara lain:
a.
Valvulotomi/kumisurotomi
b.
Septostomi
G. Diagnosis
Penderita Penyakit Jantung
Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada
suatu diagnosis maka diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung
diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :
1)
Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran
listrik dari jantung memakai alat elektrokardiografi.
2)
Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto
oesophagogram untuk melihat pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3)
Fonokardiografi
4)
Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan
memakai gelombang pendek dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap
kembali. Pemeriksaan ini terdiri dari M. mode dan 2 Dimentional, sehingga
terlihat gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang
ada lagi Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang
terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.
5)
Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung
dengan memakai isotop intra vena kemudian dengan “scanner” ditangkap
pengumpulan isotop pada jantung. Dapat dibagi :
a.
Perfusi myocardial dengan memakai Talium 201.
b.
Melihat daerah infark dengan memakai Technetium
pyrophospate 99.
c.
Blood pool
scanning.
6)
Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan
memakai kateter yang dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga
jantung. Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis, kateterisasi
jantung kiri melalui arteri femoralis.Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :
a.
Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga
jantung, sehingga diketahui adanya peningkatan saturasi pada rongga jantung
kanan akibat suatu shunt dan adanya hypoxamia pada jantung bagian kiri.
b.
Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh
darah tertentu misalnya LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
c.
Pemeriksaan
curah jantung pada keadaan tertentu.
7)
Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan
enzym creati kinase dan fraksi CKMB untuk penentuan adanya infark pada keadaan
“ unstable angin pectoris”.
H. Toleransi
dan perkiraan resiko operasi
Toleransi terhadap operasi
diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita yang biasanya ditentukan dengan
klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.
Klas I : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat
berat misalnya berlari.
Klas II : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan
cepat.
Klas III : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan
sehari-hari.
Klas IV : Keluhan sudah dirasakan
pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain - lain sehingga penderita harus tetap berbaring
ditempat tidur.
I.
Waktu Terbaik (Timing) Untuk Operasi
Hal ini ditentukan berdasarkan
resiko yang paling kecil. Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total
koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 - 4 tahun. Hal ini yaitu berdasarkan
klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu insufisiensi
pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III. Hal ini adalah
saat operasi dilakukan. Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara
darurat resikonya 2 X lebih tinggi bila dilakukan elektif.
1.
Pembagian Waktu dibagi atas
:
a)
Emergensi yaitu operasi yang sifatnya sangat perlu
untuk menyelamatkan jiwa penderita. Untuk bypass coroner hal ini dilakukan
kapan saja tergantung persiapan yang diperlukan.
b)
Semi Elektif yaitu operasi yang bisa ditunda 2 -
3 hari atau untuk koroner dilakukan 3 X 24 jam setelah dilakukan kateterisasi
jantung.
c)
Elektif
yaitu operasi yang direncanakan dengan matang atas indikasi tertentu, waktunya
lebih dari 3 hari.
2.
Pemilihan Tehnik Operasi
Pertimbangan
yang perlu diperhatikan adalah :
a)
Apakah bisa dilakukan koreksi total
b)
Kalau tidak
bisa dilakukan koreksi total karena keterbatasan umur dan anatomi/kelainan yang
didapat maka harus dipilih tehnik operasi untuk membantu operasi definitif
misalnya “ shunt “ pada Tetralogi Fallot.
c)
Apabila
tidak bisa dilakukan koreksi total atau operasi definitif dengan resiko yang
tinggi maka harus dipilih operasi untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita
tersebut misalnya “shunt” saja.
d)
Repair”
katub lebih diutamakan/dianjurkan dari pada “replacement”/penggantian katub
yang rusak.
e)
Hasil-hasil
dari kasus-kasus yang sudah dikerjakan orang lain.
3.
Sayatan Operasi
a.
Mid Sternotomi
Posisi klien terlentang, kepala ekstensi dan daerah
vertebra antara skapula kanan dan kiri diganjal secukupnya sehingga insisi
cukup leluasa. Harus diperhatikan dalam setiap posisi :
1)
Seluruh daerah yang mengalami tekananan harus
dilindungi dengan bantal atau karet busa misalnya kepala, daerah sakrum dan
tumit. Tidak boleh ada barang-barang logam yang keras, kontak langsung dengan
penderita sehingga dapat terjadi dekubitus.
2)
Pemasangan “lead EKG “, kateter urin, slang infus
tidak boleh “kinking” dan melewati bawah kulit klien sehingga menimbulkan
bekas.
3)
Pemasangan “plate kauterisasi” pada otot pinggul dan
hati-hati terhadap N. ischiadicus yang berjalan di daerah sakrum dan penderita
harus dihubungkan dengan kabel yang ke bumi.
4)
Posisi penderita harus difiksasi dengan stabil
sehingga tidak mudah meluncur kalau meja operasi diputar atau tidak bergerak
kalu dilakukan shock listrik.
Insisi kulit
pada daerah median mulai dari atas suprasternal notch vertikal sampai 3 cm di
bawah prosesus xyphoideus dengan pisau No. 24 bila klien dewasa, untuk bayi dan
anak-anak dengan pisau No. 15. Hemostasis dengan kauterisasi fasia sampai
ligamen subra sternal dipotong, begitu juga prosesus xyphoideus ibelah dengan
gunting kasar. Hemostasis dari vena yang melintang di atas prosesus xyphoideus
harus baik. Tulang sternum dibelah dengan gergaji listrik biasanya dari arah
prosesus xypoideus ke atas dan saat itu paru-paru dikolapskan beberapa detik
untuk menghindari terbukanya pleura.Hemastasis pinggir sternum dengan kauter
dan bila perlu gunakan bone wak.Selanjutnya sisa-sisa kelenjar timus, didiseksi
sampai vena inominata kelihatan bebas. Perikardium dibuka di tengah atau
agak ke kanan apabila akan digunakan untuk “patch” dan dilebarkan sedikit
kearah lateral dibagian proksimal dan diafragma. Perikardium difixir ke pinggir
luka sehingga jantung agak terangkat.Apabila prosedur utama telah selesai dan
dinding dada akan ditutup maka harus diyakini benar bahwa hemostasis terhadap
semua bekas insisi dan jahitan telah aman, perikardium kalau perlu tidak usah
ditutup rapat, dipasang drain untuk mengeluarkan sisa darah, sternum diikat
dengan kawat. Harus diingat saat menutup sternum apakah ada pengaruh terhadap
tekanan darah terutama kalau tekanan darah turun. Jahitan kulit
subkutikuler/kutikuler dengan dexon.
b.
Torakotomi posterolateral
Sayatan ini biasanya untuk klien koarktasio aorta,
PDA, shunt atau aneurisma aorta desenden. Posisi klien miring ke kanan dengan
syarat-syarat seperti di atas. Insisi kulit mulai dari garis aksila tengah ke
posterior kira-kira 2 cm di bawah angulus inferior skapula dan prosesus spinosus
vertebra. Kulit, subkutis, otot latisimus dorsi dipotong dengan hemostasis yang
baik dengan kauter dan otot seratus anterios hanya dibelah dan dipotong pada
insertionya. Rongga toraks dibuka pada sela iga ke 4 dengan diseksi di bagian
atas iga ke V untuk menghindari pembuluh darah. Setelah selesai rongga toraks
ditutup dengan mengikat iga dengan jahitan absorbable dan selanjutnya otot
diapraksimasi kembali seperti aslinya dan kulit dijahit subkutikuler.
c.
Torakotomi Anterolateral
Posisi penderita terlentang dan bagian kiri diganjal
sedikit sehingga lebih tinggi / miring 45 °. Insisi pada sela iga ke V.
Pendekatan ini untuk emergensi karena luka tusuk jantung dengan tamponade atau
hanya perikardiotomi banding pulmonalis.
J.
Persiapan
penderita prabedah.
Setelah penderita diputuskan untuk operasi maka perlu
dipersiapkan agar operasi dapat berlangsung sukses. Persiapan terdiri
dari :
a)
Persiapan mental
Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi,
menghilangkan kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara
wawancara dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi,
keuntungan operasi, komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga
hal-hal yang akan dialami/akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat
yang akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan
kapan drain dicabut.
b)
Persiapan medical
1.
Obat-obatan
Semua obat-obatan antikoagulan harus
dihentikan 1 minggu sebelum operasi (minimal 3 hari sebelum operasi).
2.
Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum
operasi.
3.
Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum
operasi.
4.
Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi
dengan insulin injeksi selama operasi.
5.
Obat-obat
jantung diteruskan sampai hari operasi.
6.
Antibiotika
hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu induksi anestesi di kamar
operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum operasi apakah ada alergi.
1)
Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain
:
a.
Hematologi lengkap + hemostasis.
b.
LFT.
c.
Ureum, Creatinin.
d.
Gula darah.
e.
Urine
lengkap.
f.
Enzim CK dan
CKMB untuk CABG.
g.
Hb S Ag.
h.
Gas darah.
Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki
penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan
tersebut tidak akan menyebabkan perdarahan pasca bedah.
K. Persiapan darah untuk operasi.
Permintaan darah ke PMI terdiri dari :
Packad
cell
: 750 cc
Frash Frozen Plasma :
1000 cc
Trombosit
: 3 unit.
Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi
elektif dan tentu tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu.
a.
Mencari infeksi fokal.
Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis
dan ini konsultasikan ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis
dan furunkolosis/bisul harus diobati dan juga tidak dalam masa inkubasi/infeksi
penyakit menular.
b.
Fisioterapi dada.
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di
ICU dan untuk mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi
untuk mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita asthma dan
penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif
dikerjakan dan kadang-kadang spirometri juga membantu untuk melihat kelainan
yang dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter ahli paru untuk problem yang
dihadapi.
c.
Perawatan sebelum operasi.
Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan
yang matang dari poliklinik maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek
misalnya 1 - 2 hari sebelum operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien
dan juga supaya tidak bosan di Rumah Sakit.
L. Perawatan
pasca bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak
penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk
mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik.
Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain. Perawatan pasca bedah dibagi
atas :
1.
Perawatan di ICU.
a)
Monitoring Hermodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima
antara perawat yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung
jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat
yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam. Pemantauan yang dikerjakan
harus secara sistematis dan mudah :
a.
CVP,
RAP, LAP,
b.
Denyut jantung.
c.
“Wedge presure” dan PAP.
d.
Tekanan darah.
e.
Curah jantung.
f.
Obat-obat
inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan
lain-lain.
g.
Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP,
pach jantung dll.
b)
EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan
dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES,
blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali
dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada
perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.
c)
Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum
sadar dan malahan diberikan sedasi sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU
segera respirator dipasang dan dilihat :
a.
Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
b.
Tidak volume
dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.
c.
Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube,
apakah lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda
edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d)
Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun
atau masih diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita
mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
e)
Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna
yang terjadi akibat hemolisis dan lain-lain. Pemerikasaan ureum /
kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f)
Gula darah
Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah
harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g)
Laboratorium :
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
Ø HB, HT,
trombosit.
Ø ACT.
Ø Analisa gas darah.
Ø LFT / Albumin.
Ø Ureum,
kreatinin, gula darah.
Ø Enzim CK dan CKMB untuk penderita
bintas koroner.
h)
Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga
perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu
biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap ½
jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita
dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan muingkin
memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i)
Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai
di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU
harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang
dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator
segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j)
Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk
penderita dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk
mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
2.
Perawatan setelah di ICU /
di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap
fungsi semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari
ke dua pasca bedah. Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah
dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan
diperiksa antara lain :
a.
Elektrolit thrombosis
b.
Ureum
c.
Gula darah.
d.
Thoraks foto
e.
EKG 12 lead
f.
Hari ke
4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
g.
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu
elektrolit, foto thoraks tegak.
h.
Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi,
misalnya thrombosis.
i.
Obat - obatan :
Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan
mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti
diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga
diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai
klien pulang.
j.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada
tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan
tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehuingga
nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan
antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan
sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien
yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk
mencegah luka terbuka.
k.
Fisioterapi, setelah
klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah retensi
sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai
dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing
oleh fisioterapis atau oleh perawat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bedah jantung dilakukan untuk
menangani berbagai masalah jantung. Prosedur yang sering mencakup angioplasti
koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner danperbaikan penggantian katup
jantung yang rusak. Banyak prosedur bedah jantung bisa dijalankan karena adanya
pintasan jantung-paru (sirkulasi ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan alat
mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh pada saat
“memintas” jantung dan paru. Mesin jantung-panu memungkinkan dicapainya medan
openasi yang bebas darah Sementara perfusi tetap dapat dipertahankan untuk
jaringan dan organ lain di tubuh. Pintasan jantung-paru dilakukan dengan
memasang kanula di atrium kanan, vena kava, atau vena femoralis untuk
mengeringkan darah dari tubuh. Perkembangan jantung buatan terus berlanjut
untuk memperbaiki daya tahan hidup dan mengurangi morbiditas. Institut Jantung,
Paru, dan Darah Nasional.Tujuan keseluruhan pemasangan transplantasi jantung
adalah untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan
pemasangan jalur perkutaneus. Alat mi dijalankan menggunakan sistem transmisi
energi listrik transkutaneus (transcutaneous electrical energy transmission systems,
TEETS) dengan baterai portabel.
Eksisi bedah dilakukan hanya untuk
mencegah obstruksi ruang jantung atau katup. Pintasan jantung-paru digunakan.
kecuali pada tumor epikardial, yang dapat dieksisi tanpa memasuki jantung dan
tanpa menghentikan denyutan jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Gallo & Hudak. 1997. Keperawatan Kritis Volume I. Jakarta : EGC
http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/01/askep-bedah-jantung.html
http://ahdiie.blogspot.com/2011/12/makalah-bedah-jantung.html
R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar