Beberapa minggu yg lalu ketika saya berkunjung ke suatu laboratorium daerah, ternyata jenis pemeriksaan untuk diagnosa demam tipoid masih menggunakan teknik widal, sehingga artikel ini saya tulis untuk menyambung dan menegaskan artikel sebelumnya yg berjudul DETEKSI DINI DEMAM TYPHOID pada pebruari lalu.
Pemeriksaan widal adalah salah satu pemeriksaan yg bertujuan untuk menegakan diagnosa demam tipoid. Pemeriksaan ini masih banyak dipakai di negara-negara berkembang dikarenakan biayanya yg relatif terjangkau dan hasilnyapun dpt diketahui dgn segera.
Pemeriksaan widal bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi (kekebalan tubuh) terhadap kuman salmonela dgn cara mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam sampel darah. Tubuh kita akan membentuk antibodi jika terpapar kuman salmonela typhi, baik kuman yg masuk secara alamiah dan menyebabkan sakit, kuman yg masuk namun tidak menunjukan gejala (karier) ataupun melalui vaksinasi.
Berbagai cara dan teknik dalam pemeriksaan laboratorium telah banyak berkembang ke arah yg lebih baik, sehingga pemeriksaan widal tidak lagi bisa mengetahui apakah hasil positif pada pemeriksaan tersebut terkait dengan infeksi yg saat ini sedang terjadi atau infeksi yg terdahulu (sebelumnya).
Pada pasien yg saat ini tidak sedang sakitpun pemeriksaan widal mungkin saja menunjukan hasil yg positif, pada pasien yg mendapat vaksinasi tipoid hasil pemeriksaan widalnyapun bisa positif. Perlu diperhatikan sobat analis semua bahwa pemeriksaan widal yg positif bukan hanya terjadi pada infeksi kuman salmonella typhi, namun juga akibat infeksi kuman salmonella yg lain, sehingga pada saat ini pemeriksan ini tidak dapat lagi dijadikan acuan pemeriksaan yg spesifik terhadap penyakit tipoid.
Pengambnilan sampel pasien untuk pemeriksaan widal juga kadang kurang tepat waktunya, karena berdasarkan perjalanan penyakitnya antibodi terbentuk pada hari ke 5-7 ke atas, sehingga tidak bijak jika pemeriksaan widal dilakukan sebelum hari ke 5, dan kalaupun pada pemeriksaan wideal didapat hasil yg positif pada sebelum hari ke 5 maka yg terdeteksi tersebut dimungkinkan antibodi yg terbentuk tersebut berasal dari infeksi sebelumnya. Mengingat adanya kelemahan tersebut maka pada saat ini di era kemajuan teknik pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan tersebut seharusnya tidak lagi menjadi pilihan, meskipun masih saja dilakukan di laboratorium-laboratorium pratama atau di daerah-daerah dimana teknik pameriksaan yg lain belum tersedia, namun tetap memperhatikan hal-hal penting dalam menegakan diagnosa tipoid yaitu tanda klinis yg menunjang (demam lebih dari 7 hari, anamnesis dan pemeriksaan fisik) atau dilakukan pemeriksaan widal serial pada minggu ke 1 dan minggu ke 2 dan pada periode convalescence saat demam mulai turun (pemeriksaan cukup bermakna jika terdapat kenaikan titer 2-4 kali).
Pemeriksan yang tepat
Dari gejala-gejala klinik yang mengarah ke arah demam tipoid, pemeriksaan di bawah ini seharusnya direkomendasikan oleh seorang dokter untuk menegakan diagnosanya ;
1.Pemeriksaan laboratorium sederhana, sehingga pada pemeriksaan tersebut didapatkan leukopenia, aneusinofilia, trombositopenia, dan limpositosos relatif
2.Pemeriksaan IgM Anti Salmonella (Tubex TF)
Pada pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya antigen spesifik dari kuman salmonella walaupun pemeriksaan dilakukan dalam minggu pertama setelah demam.
3.Kultur darah
Pemeriksaan ini merupakan gold standar untuk pemeriksaan demam tipoid
4.PCR (polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini walaupun lebih baru namun pemeriksaannya kurang praktis dan harganya lebih mahal
Dengan melakukan pemeriksaan yang terarah diharapkan demam tipoid dapat ditegakan dengan cepat dan tepat, semoga.
0 komentar:
Posting Komentar